“Anak Ngamuk? Jangan Panik! 10 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang Tua Saat Tantrum”
Siapa sih orang tua yang nggak pernah ngalamin anak tantrum? Rasanya, semua orang tua pernah merasakan momen-momen menegangkan saat si kecil tiba-tiba berubah jadi ‘monster’ yang meraung-raung, menendang, bahkan menggigit.
Tantrum adalah hal yang normal dialami anak-anak, terutama di usia 1-4 tahun. Mereka masih belajar mengontrol emosi dan belum memiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan kata-kata. Namun, sebagai orang tua, kita perlu memahami bahwa tantrum bukanlah akhir dari dunia. Justru, ini adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh bersama anak.
Nah, masalahnya, saat anak tantrum, banyak orang tua yang malah melakukan kesalahan yang bisa memperburuk situasi.
10 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang Tua Saat Anak Tantrum:
1. Menyerah dan Memberi Apa yang Anak Inginkan:
Pernah ngalamin ini? Anak ngamuk minta mainan baru, dan kamu akhirnya menyerah dan membelikannya? Ini adalah kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Menyerah pada tantrum hanya akan mengajarkan anak bahwa tantrum adalah cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Fakta: Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan tantrum cenderung lebih sering tantrum di kemudian hari.
2. Memarahi atau Menghukum Anak:
“Kamu nakal! Berhenti ngamuk!” Pernah ngomong kayak gitu? Memarahi atau menghukum anak saat tantrum justru akan membuat mereka merasa takut dan tidak aman. Anak yang merasa takut cenderung akan semakin sulit mengontrol emosinya.
Fakta: Sebuah studi di Journal of Child Psychology and Psychiatry menemukan bahwa hukuman fisik justru dapat meningkatkan perilaku agresif pada anak.
3. Mencoba Berdebat dengan Anak:
“Kamu tahu kan, kamu nggak boleh ngamuk!” Saat anak tantrum, mereka sedang dalam keadaan emosi yang tinggi dan tidak bisa berpikir jernih. Berdebat dengan mereka hanya akan membuat situasi semakin panas.
Fakta: Anak usia 1-4 tahun masih dalam tahap perkembangan bahasa dan belum mampu memahami penjelasan yang kompleks.
4. Mengabaikan Anak:
“Biarin aja, nanti juga berhenti sendiri.” Mengabaikan anak yang sedang tantrum bisa membuat mereka merasa tidak diperhatikan dan terabaikan. Ini bisa memperburuk tantrum dan membuat anak merasa tidak aman.
Fakta: Anak-anak membutuhkan perhatian dan validasi dari orang tua mereka, bahkan saat mereka sedang tantrum.
5. Membandingkan Anak dengan Anak Lain:
“Lihat si A, dia nggak pernah ngamuk kayak kamu!” Membandingkan anak dengan anak lain hanya akan membuat mereka merasa tidak berharga dan tidak dicintai.
Fakta: Setiap anak adalah individu yang unik dan memiliki cara belajar dan berkembang yang berbeda.
6. Terlalu Cepat Memberikan Solusi:
“Udah, Mama kasih kamu susu ya?” Saat anak tantrum, kita perlu memahami dulu apa yang menjadi penyebab tantrum mereka. Memberikan solusi terlalu cepat tanpa memahami penyebabnya bisa membuat anak merasa tidak didengarkan.
Fakta: Tantrum bisa dipicu oleh berbagai hal, seperti rasa lapar, kelelahan, atau frustrasi.
7. Terlalu Banyak Memberi Pilihan:
“Mau minum susu atau jus?” Memberikan terlalu banyak pilihan justru bisa membuat anak bingung dan semakin frustrasi.
Fakta: Anak-anak usia dini belum memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang kompleks.
8. Mencoba Menenangkan Anak dengan Hadiah:
“Kamu mau es krim kalau berhenti ngamuk?” Memberikan hadiah untuk menghentikan tantrum hanya akan mengajarkan anak bahwa perilaku buruk bisa mendapatkan penghargaan.
Fakta: Hadiah tidak selalu efektif dalam mengatasi tantrum dan bisa membuat anak menjadi lebih bergantung pada hadiah.
9. Mengalah Pada Keinginan Anak: